Selasa, 11 Juni 2013

Di mana-mana Macet!!

Banyangkan 80 tahun yang lalu, duduk sendirian di depan Tugu Jogja yang ikonik itu. Apa yang akan terlihat? Aha, apalagi kalo bukan jalanan halus yang relatif lenggang. Tanpa suara bising dan polusi udara, dan hanya sesekali jalanan dilalui mobil, sepeda ontel, dan becak. Ya, itulah kira-kira Kota Jogja 80 tahun lalu. Kota Jogja saat itu, yang terekam dalam foto-foto jadul, terlihat sepi dan tenang. Jauh sekali dengan sekarang yang bising dan tak keruan.

Empat tahun yang lalu, saat aku memutuskan kuliah di UGM, aku masih percaya bahwa kota ini masih cukup aman bagi para pengendara sepeda ontel. Kepercayaanku itu bukan tanpa alasan. Orang-orang selalu menjuluki Jogjakarta dengan sebutan Kota Sepeda.

Kira-kira hanya dua minggu saja aku tahan berkendara dengan sepeda ontel di kota ini. Aku baru sadar, pengendara sepeda motor dan mobil jauh melebihi pengendara sepeda ontel. Kota ini ternyata tak cukup nyaman bagi pengendara sepeda genjot.

Bagaimana kondisi jalanan Kota Jogja sekarang? Ya, inilah yang menyedihkan. Di Jakarta atau di Bandung, setiap hari orang hidup dengan kemacetan. Nah, di Jogjakarta, kondisinya hampir bisa dikatakan sama. Kondisi jalanan di Jogjakarta tak lebih baik daripada kedua kota yang super macet se-Indonesia itu. Di Jogjakarta, setiap hari, terutama di siang hari hingga sore (saat jam pulang kantor), jalanan selalu penuh sesak.

Sejumlah tempat yang menjadi titik kemacetan diantaranya; Jalan Kaliurang, Jalan Gejayan, Jalan C. Simanjuntak, Jalan Monjali, Ring Road Utara, dan masih banyak lagi titik lainya. Di mana-mana di Jogja, jalanan selalu macet!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar