Minggu, 30 Maret 2014

Berburu Barang Antik

Saat saya berjalan ke arah selatan tak jauh dari Pasar Gede Surakarta, saya menjumpai sebuah toko kecil yang memampang banyak barang-barang antik. Ada sejumlah lukisan dan lukisan yang paling saya ingat adalah lukisan bung Karno. Lukisan presiden republik Indonesia itu digantung berjajar. Jumlahnya saya lupa, tapi mungkin lebih dari tiga.

Toko barang antik itu memajang pula benda-benda kecil yang tak kurang nilai historisnya. Mata uang logam dan kertas jadul paling mendominasi etalase. Yang lain adalah manik-manik, batu akik, perhiasan, jam tangan, dan bebatuan yang saya sendiri tak mengerti jenis dan asal muasalnya.

Saya sebenarnya sangat penasaran ingin tahu lebih banyak mengenai koleksi barang antik di toko itu. Sayang, sampai saya berdiri sekitar lima belas menit si penjual belum juga keluar. Saya lantas memilih pergi meninggalkan toko.

Toko yang baru saja saya kunjungi seperti toko yang menjual masa lalu. Memasuki toko saya serasa dibawa ke sebuah zaman puluhan tahun lalu. Ketika melihat koin uang logam yang memiliki nilai lima sen, saya tergiring pada zaman presiden Sukarno, dimana dulu kakek saya pernah hidup pada zaman ini.

Meski gagal mencari tahu seluk beluk toko "yang menjual puing-puing masa lalu itu", saya mendapatkan ide untuk berkunjung ke pasar Triwindu yang terletak persis di depan Pura Mangkunegaran. Ya, pasar Triwindu dikenal sebagai pasar yang secara khusus menjual barang-barang antik. Di pasar ini para pemburu barang antik datang dari penjuru negeri.

Konon, menurut cerita pasar Triwindu dibangun oleh Mangkunegara VII sebagai hadiah ulang tahun putrinya. Apakah triwindu berarti usia sang putri saat itu saya kurang tahu persis.

Versi lain yang pernah saya dengar, pasar Triwindu didirikan karena motif ekonomi. Ketika pasar ini didirikan, kondisi keuangan Mangkunegaran sedang sulit. Abdi dalem pura Mangkunegran mengalami keterlambatan pembayaran gaji. Karena alasan inilah para abdi dalem di sediakan semacam tempat berjualan di dekat pura Mangkunegaran. Menariknya, barang-barang yang dijual adalah barang-barang kraton yang terbilang antik dan bernilai historis.

Saya menyempatkan diri jalan dan meihat-lihat isi ke dalam pasar. Banyak benda yang tidak hanya unik, tetapi juga sangat sarat nilai historisnya. Saya menemukan bende yang masing-masing mewakili zamannya. Ada mesin penghitung, telepon, kaca mata, radio, dan senter yang mungkin dipakai pada periode 1960an.

Kendati tak berniat membeli apapun, jalan-jalan saya di pasar Triwindu telah mengantar saya pada pengalaman wisata sejarah yang mengasyikan.

image from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar