Selasa, 04 Juni 2013

Emong: Potret Ironi di Sangkanhurip

"Emong", begitu pria itu memperkenalkan namanya. Badanya tegap dan tingginya melebihiku. Sekilas ia tampak seperti aktor kenamaan Tio Pakusadewo. Sambil menyengir, dia mengulurkan tanganya dan mengajaku berbincang hangat seperti seorang kawan lama yang sepuluh tahun tak pernah bertemu.

Malam itu saya tersasar di kawasan obyek wisata Sangkanhurip, Kuningan. Jam masih menunjukan pukul 22.00 malam, tapi Kota Kuningan yang sunyi itu sepertinya telah lebih dulu tertidur. Saya yang baru saja tiba dari perjalanan jauh dari Yogyakarta memutuskan untuk sejenak beristirahat mencari penginapan di Sangkanhurip.

Sangkanhurip, kawasan wisata yang jadi andalan Kabupaten Kuningan, sekilas memiliki kesamaan dengan Kaliurang di Yogyakarta. Tempatnya di dataran tinggi dan hawanya yang dingin mengingatkanku pada tempat yang dipenuhi oleh villa-villa bergaya Eropa di Yogyakarta itu. Sangkanhurip pun demikian. Saat saya melintas memasuki kawasanya, saya melihat bangunan penginapan berjejer mengajak para pengunjung bermalam di situ.

Dari dalam mobil, rumah-rumah penginapan itu sepi tanpa penhuni. Saya tak tahu persis, apakah ada orang yang menempatinya atau tidak. Di salah satu sudut jalan, dimana sebuah warung kopi tampak menebarkan cahanya, saya memberhentikan diri.

Ya, di warung kopi itulah saya dipertemukan dengan Emong. Namanya yang tentu saja lucu. Dengan logat khas Sunda, Emong menawarkan jasa akan mengantarkanku mencari penginapa yang murah untuk merebahkan diri semalam.

Sementara mencari penginapan perkenalanku dengan Emong pun berlanjut. Awalnya, Emong yang saya tahu hanyalah seorang pengangguran yang mencari peruntungan dengan mengantar para wisatawan mencari penginapan, ternyata bukan seorang "juru kunci" Sangkanhurip semata. Di sela-sela pembicaraan denganku, dia membuatku terkejut saat menawarkanku "layanan plus-plus". Aha, Emong, tanpa ku duga-duga adalah pejaja wanita.

Di Sangkanhurip, gadis-gadis di tawarkan secara diam-diam oleh para lelaki macam Emong. Umumnya mereka berusia muda belia. Bahkan di antara dari mereka masih bersekolah. Saya membuka salah satu lama berita online lokal dan menemukan fakta bahwa terdapat gadis-gadis yang di tawarkan di Sangkanhurip adalah masih bersekolah setingkat SMA. Bukan mainya saat aku mengerti mengenai hal ini. Perkenalanku dengan Sangkanhurip telah mempertemukan aku dengan seorang bernama Emong. Orang yang juga membuka mataku tentang irono kawasan wisata ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar